Artpreneurship atau Event Besar pameran seni rupa tahunan yang diselanggarakan oleh Ir. Ciputra ini telah memasuki tahun keduanya, dengan membawa tema yang lebih kuat dan tersusun membuat acara ini terasa lebih kokoh secara kuratorialnya.
1001 Doors reinterpretaing tradition
Tidak seperti Artpreneurship tahun lalu yang pernah saya bahas di blog ini sebelumnya, kali ini Artpreneurship mengalami banyak peningkatan dari berbegai sisi, dengan membawa tema ‘1001 Doors reinterpretaing tradition’, Asmudjo Jono Irianto sang kurator pameran menjelaskan bahwa ‘pintu’ yang menjadi tema pameran ini adalah sebagai jalan atau jalur dimana setiap perupa dapat melihat tradisi serta kebudayaan yang terdapat di Indonesia, Indonesia dengan segala macam perbedaannya baik dari suku, agama dan ras menjadikannya sebagai sebuah negara dengan tingkat keragaman yang tinggi, dimana secara turun-menurun tradisi serta kebudayaan menjadi warisan yang sangat berarti. Asmudjo memecah tema ‘Pintu’ ini menjadi beberapa bagian tema yang masing-masing mempunyai posisi yang yang penting dalam meneropong tradisi bangsa ini, tema tersebut adalah ‘Door to Traditional Space’, ‘Mining the Door’, ‘The Door of Time’, ‘Connecting Door’, ‘Emergency Door’, ‘Virtual Door’, ‘The Door to Dreams’, dan ‘Door, Soul and Spiritualilty’
Door to Traditional Space yang di isi oleh seniman-seniman seperti Dippo Andy, Sri Astari & Wimo Ambala Bayang merupakan sekelompok seniman yang karyanya mempersoalkan warisan sebuah tradisi, Mining the Door dengan seniman-senimannya seperti Cinanti Astria Johansjah, Arin Dwi Hartanto, Theresia Agustina & Jimmy Multhazam merupakan bagian dari sisi yang membangan inti semangat dari pameran ini. The Door of Time merupakan tema yang menyikapi mengenai perjalanan waktu dalam sebuah tradisi, tema ini di isi oleh seniman seperti Arief Tausiga, S Teddy D dan Tisa Granicia, Connecteng Door yang di isi seniman-seniman Albert Yonathan, Davy Linggar, Hanafi, JONG Arsitek, Radi Arwinda, dll merupakan metefora antara waktu dan bentuk konektifitasnya dalam suatu ruang.
Emergency Door hadir sebagai bentuk situasi darurat kebudayaan kontemporer sebagai subjek persoalan karyanya, hal tersebut terjadi biasanya karena saling terhubungnya ruang-ruang kebudayaan, seniman yang ada di tema Emergency Door adalah seperti Aditya Novali, Eko Nugroho, I Made Widya Diputra, Entang Wiharso dll, berikutnya adalah Virtual Door, tema yang di isi oleh nama-nama seperti Agan Harahap, Arian Arifin Wardiman, Krisna Murti dll adalah merupakan bagian imajinasi setiap seniman dalam memberikan makna metaforis pintu. The Door of Dream yang hanya di isi oleh 4 nama seniman saja yaitu Aprilia Apsari, Jatiwangi Art Factory, Ninditya Adipurnomo dan Noor Ibrahim mengungkapkan sisi manusia sebagai pengguna pintu yang dapat bertahan hidup karena memiliki mimpi, mimpi sudah terbukti dapat memberikan manusia spirit untuk tetap kuat dan semangat dalam menjalani hidup dan cobaan. Tema yang terakhir adalah Door, Soul and Spirituality di isi oleh AD Pirous, Ali Rubin, Heri Dono, Oscar Matulloh, Yani Mariani dll ini menunjukan walaupun betapa sekulernya kehidupan karena kapitalismie, manusia masih menunjukan kesejatiannya sebagai makhluk spiritual, menurut kuratorial 1001 Doors reinterpreting tradition ini, Spiritualitas merupakan pintu menuju kebesaran ilahiah.
Iwan Effendi | 'Moyo & Tupu:Pintu Menuju ke masa Abu-abu' | Mixed Media On Wood | 2010
The Good and The Bad
1001 Doors reinterpreting tradition yag merupakan bagian dari Artpreneurship yang diberi nama Jakarta Art Contemporary merupakan event seni rupa yang terjadi atas kerja sama Ir Ciputra, Dinas Pariwisata dan kebudayaan Ibu Kota Jakarta, Jakarta Convention & Exhibition Burou dan Artsociates. Ayu Utami dalam essay nya yang berjudul The Paradox Urban Doors mengatakan bahwa pameran ini dari awalnya memang tidak hanya membicarakan ‘pintu’, tapi lebih kepada apa yang saling menghubungan kita dengan yang lainnya.
Bila dibandingan dengan Tahun lalu, Artpreneurship 2011 ini sukses di beberapa sisi dibandingkan dengan Artpreneurship 2010, ada banyak kemajuan di dalamnya, seperti tersedianya materi serta Press Release yang cukup lengkap dari panitia dan tersedianya Website khusus Jakarta Art Contemporary yang di desain dengan sangat baik, sangat berbeda bila di bandingan dengan website Artpreneurship Tahun lalu, dua hal kecil tersebut menurut saya merupakan 2 hal penting dalam sebuah pameran. Sedangkan kekurangan yang saya lihat adalah dari sisi penempatan karya di ruang pamer, adanya pembagian tema Pintu dalam pameran ini seharusnya memudahkan kita untuk melihat dan mengkelompokan siapa saja seniman-seniman yang mereka masukan dalam kategori tertentu, hal lainnya adalah terasa kosongnya ruang Ciputra Marketing Gallery, di dalam pikiran saya, saya berpikir bahwa pameran ini akan seheboh pergeralan tahun lalu, dimana hampir semua sisi dan bagian Ciputra Marketing Gallery terisi penuh dengan karya-karya seniman, namun mungkin saja ramainya karya di Tahun lalu tersebut memang sengaja sebagai Grand Launching event Artpreneurship ini.
Radi Arwinda | 'Prospet' | Mixed Media | 180x100x30cm | 2010
Eko Nugroho | 'The Witness-Radio Project' | Taekwood, Radio, Resin | 24x22x15cm | 2010
Ir Ciputra atau yang akrab di sebut dengan panggilan Pak Ci ini memang merupakan sosok luar biasa dalam dunia entrepreneurship Indonesia, di usianya yang sudah bisa disebut tidak muda lagi masih tetap semangat berpergian mengisi berbagai macam acara demi meningkatkan jumlah entrepreneur di Indonesia, seperti yang sudah kita ketahui, idealnya suatu negera agar dapat maju adalah dengan memiliki 2% entrepreneur dari jumlah penduduknya, akan tetapi kenyataan bahwa jumlah 0,8% Enterpreneur yang dimiliki Indonesia merupakan hal yang menyedihkan. Inilah yang sedang dan terus dilakukan oleh Pak Ci dalam menyebarkan semangat Enterpreneur di Indonesia.
Artpreneurship merupakan Enterpreneur dari sisi Seni yang dijalankan oleh Ir Ciputra, siapapun sudah mengetahui bahwa Pak Ci ini merupakan sosok pecinta seni yang ada di Indonesia, beliau konon mengkoleksi hampir 80% lukisan pelukis Senior Hendra Gunawan, bila kita pernah menginap di Hotel Ciputra tentu kita dapat melihat lukisan tersebut dimana-mana, bahkan disediakan juga replikanya di setiap kamar pengunjung hotel. Semoga event tahunan ini dapat terus diselenggarakan, karena semakin besarnya event tersebut, akan semakin menarik perhatian wisatawan baik dalam dan luar negeri khususnya pecinta Seni untuk datang berkunjung.
Exhibition Name : Artpreneurship 2011 : 1001 Doors reinterpreting tradition
Place : Ciputra World Marketing Gallery
Curator : Asmudjo Jono Irianto
Time : 26 January – 6 February 2011
Artist: Door to Traditional Space: Altjie Ully, Budi Pradono, Dippo Andy, G.h.o.s.t, Henrycus Napit Sunargo, Haryadi Suardi, Jvstvy, Sri Astari, Tri Asayani, Wimo Ambala Bayang, Yuli Prayitno. Mining The Door: Arin Dwi Hartanto, Anusapati, Budi Adi Nugroho, Cinanti Astria Johansjah, Dadan Setiawan, Deden Sambas, Dendy Darman, Diah Yulianti, Iswanto Hartono, Jimi Multhazam, Joko Avianto, M.Irfan, Mella Jaarsma, R.Yuki Agriardi, Respecta Street Art Gallery, Ruang Rupa, Samsul Arifin, Theresia Agustina, Yunizar. Pintu Waktu: Ariani Darmawan, Arief Tausiga, Bagus Pandega, Leonardyansah Allenda, Runi Palar, S. Teddy D, Tisa Granicia. Connecting Door: Adi Purnomo, Albert Yonathan, Cerahati, Davy Linggar, Diyanto, Faisal Habibi, Hanafi, Harrington Home, Harry Darsono, JONG Arsitek, Josaphine Komara, Mimi Fadmi, Nadya Savitri, Radi Arwinda, The Secret Agent, Sunaryo, Tita Rubi, Willy Hilmawan, Yfana Khadija, Yori Antar. Emergency Door: 3rd Room, Aditya Novali, Byar Cerative Industry, Eko Nugroho, Eko Prawoto, Entang Wiharso, Iwan Effendy, I Made W.Valarasa, I Made Widya Diputra, I Wayan Upadana, Mauel Heiscel, Muhammad Yahya, Nandang Gawe, Pintor Sirait, Teguh Ostentrik, Tisna Sanjaya, Wibowo Adi Utama. Virtual Door: Adhya Ranadireksa, Agan Harahap, Agapetus K, Arian Arfin Wardiman, Banung Grahita, Deden Hendan Durahman, Duta Nugroho, Krisna Kurti, Sarah Ginting. Pintu Mimpi: Aprilia Apsari, Jatiwangi Art Factory, Ninditya Adipurnomo, Noor Ibrahim. Door, Soul and Spirituality: AD Pirous, Ahadiat Joedawinata, Ali Rubin, Andra Martin, Bambang Wijtaksono, Dolorosa Sinaga, Hardiman Radjab, Heri Dono, I Wayan Sujana, Jabbar Muhammad, Jerry Thunggaltirta, Maria Indriasari, Oscar Matulloh, Yani Mariani.