ART INJECTION

Nyantrik (Artist in Residence) bersama Perupa Samuel Indratma dan Ong Harry Wahyu

PENDAHULUAN

Setidaknya, terdapat dua hal agar profesi dan bidang keilmuan desain dapat berperan dalam kehidupan di negeri ini, pertama desain harus terus berinovasi, yang artinya menjadikan kemampuan kreatif sebagai dasar pengembangan. Kedua, desain harus kontekstual dengan kebutuhan nyata di masyarakatnya. Dengan mengacu pada dua hal itulah maka ekonomi kreatif dapat menjadi pendorong kesejahteraan negeri ini.

Lembaga pendidikan seni rupa dan desain terus berkembang mendukung pengembangan potensi industri kreatif Indonesia. Namun sangat disayangkan bahwa pendidikan tingkat dasar dan menengah tidak berjalan harmonis, sesuai pengembangan industri kreatif dan dunia seni rupa dan desain di tingkat pendidikan tinggi. Pendidikan tingkat dasar dan menengah yang miskin-kreativitas mempengaruhi mutu pendidikan tinggi seni rupa dan desain. Akibatnya banyak perguruan tinggi desain yang mengalami kesulitan dalam pengembangan kreativitas mahasiswanya.

Permasalahan lain disamping pengembangan kemampuan kreatif, adalah ketika pendidikan tinggi desain diahadapkan pada masalah orientasi dari para lulusan sebagai konsumen. Hal ini  mempengaruhi orientasi pendidikan dan karenanya juga program pendidikan dari sebuah lembaga pendidikan tinggi desain. Dalam situasi sosial ekonomi yang dikuasai oleh sistem fundamentalisme pasar dewasa ini – satu-satunya cara agar dapat memenangkan persaingan dalam pendidikan swasta adalah dengan mengarahkan para mahasisw agar segera diserap oleh industri. Sistem pendidikan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat efektif dan efisien mencetak tenaga ahli desain yang siap-kerja. Kelemahan dari sistem demikian adalah tercerabutnya para lulusan pendidikan tinggi desain dari lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan para desainer bersikap submisif berhadapan dengan sistem fundamentalisme pasar – dimana setiap aspek kehidupan diukur berdasarkan tolok-ukur ekonomis (laku/tidak laku, atau untung/rugi).

 

PERMASALAHAN

Bagaimana mengoptimalkan potensi kreatif dan kepekaan sosial dari para insan kreatif (baik mahasiswa, desainer/art director, dosen dan profesional  di industri desain, khususnya desain komunikasi visual/grafis) sehingga diharapkan dapat menjadi profesional yang berkualitas. Artinya, yang mampu menghasilkan karya yang bersifat memecahkan masalah – bukannya menciptakan masalah baru. Menghasilkan karya desain yang kreatif sekaligus kontekstual dengan kondisi lingkungan masyarakat sekitar.

 

PROGRAM

Untuk mengembangkan potensi kreatif dan kepekaan sosial tersebut, maka diadakan sebuah program ‘nyantrik’ (magang) atau artist in residence.

 

Program ini dibuka bagi siapapun yang berkecimpung di industri desain (terutama desain komunikasi visual/grafis) yang tertantang untuk melakukan perubahan dan menjadi pelopor dalam menghasilkan karya yang berbeda, atau mungkin saat ini sedang mengalami kejenuhan, kebingungan dan stagnan serta menginginkan “pencerahan” dan ingin menghasilkan karya yang inovatif.

 

Peserta adalah: desainer, art director, mahasiswa, dosen atau profesi terkait lainnya di industri desain komunikasi visual/grafis dan related industry lainnya (branding, magazine, advertising, animation, production house, multimedia, photography, publishing, dll)

 

Program berlangsung selama 4 hari di kota Yogyakarta, menginap dan berkarya di Studio Angkringan, Jalan Nitiprayan, Yogyakarta.

MATERI dan GURU

–        Presentasi kegiatan Jogya Mural Forum (JMF – Samuel Indratma)

–        Desain sosial (Ong Harry Wahyu dan Enrico Halim)

–        Analisa ruang publik Yogyakarta dan Jakarta (Samuel Indratma dan Enrico Halim)

–        Brain storming dan diskusi perancangan (Samuel Indratma, Ong Harry Wahyu dan Enrico Halim).

 

 

JADWAL KEGIATAN (tentative dan pasti akan berubah menjadi lebih seru)

Hari ke-1:

13 Februari 2011

–        Peserta berkumpul di Gambir pukul 20.00, untuk berangkat ke Yogyakarta dengan Kereta Taksaka 2 pada pukul 20.45

 

Hari ke-2:

14 Februari 2011

–        06.00 peserta dijemput bus langsung menuju Angkringan Nitiprayan,

–        Peserta sampai di angkringan Nitiprayan disambut sarapan pecel,

–        Menempati ruang yang disediakan dan bebenah,

–        Pukul 11.00 Acara perkenalan dan orientasi, proyek: utilitas di angkringan

–        Makan siang bersama sambil diskusi dengan Samuel Indratma dan Ong Hari Wahyu,

–        16.00 Rehat sore: teh, kopi plus singkong, tempe, tahu,

–        Berangkat ke Kota Yogyakarta,

–        19.00 Makan malam bersama,

 

Hari ke-3:

15 Februari 2011

–        06.00 Sarapan,

–        07.00 Peserta dijemput bus langsung menuju titik nol dan Taman Budaya Yogyakarta,

–        Makan siang bersama,

–        Kembali ke Angkringan Nitiprayan mempersiapkan presentasi liputan dan ide,

–        16.00 Rehat sore: teh, kopi plus singkong, tempe, tahu, sambil presentasi temuan dan diskusi,

–        19.00 Makan malam bersama,

–        Penggarapan ide

 

Hari ke-4:

16 Februari 2011

–        06.00 Sarapan,

–        07.00 Peserta mulai mengimplementasi gagasan, dibimbing Ong Hari Wahyu dan Samuel Indratma,

–        Makan siang bersama,

–        16.00 Rehat sore: teh, kopi plus singkong, tempe, tahu, sambil diskusi

–        Penyelesaian projek

–        18.30 Peserta meninggalkan Angkringan Nitiprayan menuju Stasiun Tugu

–        20.00 Peserta berangkat menuju Jakarta dengan Taksaka 2

Hari ke-5:

17 Februari 2011

–        05.00 Sampai di Stasiun Gambir

 

KETENTUAN PESERTA

 

Biaya “pembelajaran” Rp. 3.500.000,- per-orang

 

Peserta hanya untuk 10 orang

 

Seleksi awal dengan mengisi form:

https://spreadsheets.google.com/viewform?formkey=dGNwZGJoMU9FaWJ4OWxtSXNxME1kanc6MQ

 

Pendaftaran ditutup pada 31 januari 2011 pk 24.00

 

Peserta yang dihubungi lewat telpon atau email akan dipanggil untuk wawancara dan membawa portfolio pada periode 1 – 5 Februari 2011.